Senin, 29 November 2010

Salah Jatuh Cinta

“SALAH JATUH CINTA”
Pagi ini memang sangatlah cerah. Begitu juga dengan wajah Shifa,tidak kalah cerah dengan matahari.Hari ini dia terlihat senang sekali. Dari rumah dia hanya tersenyum-senyum sendiri seperti orang gila. Begitu juga di sekolah, Lebih banyak senyumnya daripada mendengar penjelasan guru. Teman-temannya heran melihat kelakuan Shifa yang semakin lama semakin aneh.Bel istirahat sudah berbunyi. Kantin sekolah sudah terlihat ramai dengan anak-anak yang kelaparan. Terlihat dari ujung meja Cici dan Lisa duduk disana. Cici sedang memakan nasi pecelnya sedangkan Lisa menyeruput es tehnya sambil melamun.
“Cici...Lisa...” teriak seseorang yang berlari mendekati meja mereka.Keduanya menyipitkan matanya. Dilihatnya seorang wanita dengan rambut sepanjang Bahu dengan Pita Rambut yang terlihat manis. Seketika Cici dan Lisa menghela nafas panjang dan melanjutkan makan mereka.Mereka tahu bahwa itu pertanda mereka harus mempersiapkan telinga baik-baik.“Cici...Lisa!!!” seru Shifa yang duduk didepan mereka. Wajah makin berseri-seri setelah ia sampai ke meja Cici dan Lisa.Cici berhenti makan dan menatapnya. “Apa?” tanyanya.“Idih, lo judes amet sih ama gue. Gue, kan, temen lo bukan musuh lo,” jawab Shifa sudah terbiasa dengan sikap Cici yang kadang-kadang judes.“Gimana gak judes ama lu. Lo aja yang tiap hari ketemu kita cuma ngomongin co...wok... melulu. Bosen tau!” balas Lisa.“Tapi, gue perlu telinga kalian nih! Please...” mohon Shifa sambil mengedip matanya ke Cici dan Lisa.Cici dan Lisa saling menatap. Tatapan itu bisa diartikan bahwa mereka setuju bahwa telinga mereka dapat konek.“Oke, oke. Sekarang lo mau curhat apa sama kita? Palingan soal Rahmat.” kata Cici.“Bukan. Bukan Rudi lagi.”“Emang sekarang siapa? Randi? Agil? Atau Ennyong ?” tanya Lisa pada Shifa.“Semua itu salah. Bukan Randy, Agil ataupun Ennyong,” bantah Shifa.“So?”“Gue lagi jatuh cinta ama Amin,” jawab Shifa yang memperkecil volume suaranya.“What?! Amin!!!” teriak Cici dan Lisa bersamaan.“Sssttt!!! Jangan keras-keras dong! Nanti ketahuan ama Amin-nya. Kalo ketahuan, kan, malu,” kata Shifa sambil melihat sekeliling kantin, takut ketahuan teriakkan dua sahabatnya itu.“Hei, hei! Gue gak salah denger, kan?” tanya Cici gak percaya.Shifa menggeleng-gelengkan kepalanya. “Shifa my honey. Kayaknya lo salah orang deh. Lu salah jatuh cinta. Amin itu cowok gak baik. Matre, mainin cewek dan ngegombal,” kata Lisa.“Gue suka gombalannya. Dia bilang gue seperti madu yang manis banget. Dia gak sejelek kalian kira kok. Kemarin aja dia nganterin gue ampe depan rumah,” balas Shifa manja.Cici menghela nafas panjang. “Shifa, lu bego atau apa sih? Lu belum pernah denger kalo Amin itu pernah hamilin anak orang dan gak mau bertanggung jawab.”“Tapi, Amin itu tipe gue. Ganteng, kaya. Gak mungkin, kan, gue ngebet Andri yang miskin, berjerawatan dan nggak ada sisi gantengnya. Itu bukan tipe gue.” Shifa menatap Andri yang sedang membeli makanan sambil mengorek hidungnya dengan tatapan jijik.“Lo jangan liat dari luarnya dong. Dalamnya juga. Amin dari luar, ya, gue akui dia ganteng dan kaya, tapi dalamnya itu lho ancur berantakan,” geram Cici.“Iya tuh, shif. Amin dari luar bagus tapi, dari dalam kayak tong sampah. Mending tong sampah, masih ada bagus-bagusnya,” kata Lisa.“Huh! Kok kalian gak dukung gue sih? Nanti gue bad mood lho!” ancam Shifa memonyongkan mulutnya.“Lebih baik lo bad mood daripada lo pacaran ama tong sampah itu,” kata Cici bangkit dari duduknya.
“Lisa,ke kelas yuk!”Lisa ikut berdiri dan siap berjalan keluar kantin, tetapi mereka dihalangi Shifa yang sudah ada didepan mereka.“Kalian mau kemana?”“Kelas,” jawab Cici datar.“Jangan dulu! Gue perlu persetujuan kalian tentang hubungan Amin dengan gue. Kalian setuju kagak?” tanya Shifa memelas. Cici dan Lisa saling menatap. Setelah menatap dan (mungkin) berbicara lewat telepati, mereka kembali melihat ke wajah Shifa yang sedang jelek-jeleknya kalau memelas pada mereka. Shifa kembali tersenyum ke mereka.Cici dan Lisa memutar bola matanya. “Terserah!” seru mereka bersamaan.“Hore!!! Thanks!!!” Shifa langsung memeluk kedua sahabatnya yang telah menemaninya dan sabar mendengar curhatannya dari SMP. “Kalian emang temen yang selalu mendukung gue...”Mereka melepaskan pelukan dari Shifa. Wajah Shifa yang tadinya jelek sekarang kembali manis seperti madu , apa yang dikatakan Amin pada Shifa.“Tapi kalau terjadi apa-apa ama lu, lu bilang ama gue. Gue bakal labrak tu orang dan bunuh!!!” kata Cici dengan penuh amarah.“Sip!!!” “And lo jadian ama dia, lu pokoknya harus jaga diri lu baik-baik, ya?” kata Lisa.“Oke,oke, enyak...”****
Sore harinya, Shifa pergi menuju bimbingan belajarnya. Bentar lagi semesteran, jadi dia setiap sore bersama Cici dan Lisa belajar di sebuah bimbingan belajar disekolahnya. Di bimbingan belajarnya, Shifa merasa dia terbantu karena dia selalu kesulitan untuk memahami pelajaran sekolah. Bukan karena masalah gak ngerti atau gurunya gak pandai ngajar. Tapi di sekolah, dia hanya memikirkan Amin ato cowok lain yang dianggep kaya dan ganteng.
Dengan gayanya yang fashionable dan bisa memesona semua laki-laki, Shifa berjalan masuk kedalam sekolah, dimana dia akan belajar. Saat dia melewati ruangan dimana siswa sedang belajar, semua siswa laki-laki bersuit nakal pada Shifa. Shifa membiarkan suitan nakal yang diberi padanya.Lo bukan tipe gue. Gue gak bakal tertarik pada kalian yang miskin dan gak ada sisi kegantengan di sesudut muka-muka yang kampungan itu, batin Shifa sombong.Shifa memasuki sebuah ruangan yang didepan bertuliskan ‘Royal Class’. Inilah ruang belajar Shifa. Semua kebutuhan Shifa harus yang mewah termasuk kelas belajarnya juga. Dia duduk kursi didepan papan tulis. Dikeluarkannya peralatan tulisnya dari tasnya. Dia melihat seorang cowok yang sedang duduk disampingnya dan tepatnya didepan meja guru sedang sibuk mengerjakan soal. Tumben ada murid baru yang masuk sebelum guru berkonfirmasi dengannya dan teman-temannya.“Pak, anak baru?” tanya Shifa setelah berpikir agak lama.“Bukan. Dia yang akan menggantikan Bapak selama Bapak pergi ke Malaysia,” jawab Bapak yang mengajari mereka. Dia dikenal Bpk Iman yang baik terhadap siswanya.“Kuliah?”“He-eh "Oke. Hari ini kakak ini yang akan mengajari kalian.” seru Pak Iman di depan kelas bersama cowok berumuran dua puluh. Shifa, Cici, Lisa dan murid lainnya dikelas menggerutu terhadap putusan Pak Iman kalau ia bakal digantikan oleh cowok kuliahan itu. Pak Iman sebenarnya adalah guru yang terkenal pandai mendidik dan baik. Tetapi dia malah memutuskan untuk berhenti mengajar dan melanjutkan pendidikannya yang sudah lama tertinggal.“Anak-anak, meski Bpk tidak mengajar disini lagi, Bpk akan sering-sering datang kesini kok. Lagi pula kakak ini juga baik dan pandai seperti Bpk. Jadi kalian akan mudah beradaptasi dengan kakak ini.” hiburnya tersenyum manis.“Bpk, ngapain juga harus berhenti ngajar. Bpk, kan, bisa ngajar sambil kuliah.” protes Cici.“Maafkan Bpk, ya. bapak tetep tak bisa..
Sekarang kakak ini akan perkenalkan dirinya. Silakan, Rif!” Pak Iman mempersilakan cowok itu memperkenalkan dirinya.Cowok itu berdiri maju. Dia tersenyum manis. “Selamat sore! Nama saya Arif Saputra. Kalian bisa panggil saya Ka Arif saja. Saya kuliah di universitas Indinesia. Salam kenal semua.” Dia mengakhiri perkenalan dirinya. “Ada pertanyaan?”UI?! Itu, kan, universitas yang paling bagus dan paling mahal. Mmm... Dia kaya ato gak sih? Dari wajahnya, dia itu miskin. Emang bisa masuk ke UI? tanya Shifa dalam hati dengan bingung.“Umur kakak?” tanya Cici.“Umur saya 18 tahun.” jawabnya sopan.“Kakak udah punya pacar?”“Ada. Emang kenapa?” tanya ka arif balik dengan tertawa kecil.“Kagak. Cuma nanya.”“Oke! Hari ini kita bebas aja, ya?.
Dimeja paling ujung terdengar suara berbisik-bisik Shifa bertanya dengan dua sahabatnya itu .Tentang tu cowok.” .Cici dan Lisa menyipitkan matanya. Sebelum bertanya, mereka berdua langsung menatap Shifa dengan curiga.“Apa?” tanya Shifa tertawa kecil.“Lo suka ma dia?” tanya Lisa seperti polisi mengintrogasi pencuri ayam.“Gue yakin lo suka, kan, ma dia,” tambah Cici.“Sejak kapan gue bilang begitu?” jawab Shifa.“Kami ini tau sifat lo, Sif,” kata Lisa.“Mana mungkin sih gue suka cowok seperti dia. Udah miskin, gak ganteng-ganteng amet lagi. Gak level ama gue. Amin yang baru selevel ama gue,” jawab Shifa menyombongkan dirinya dan merendahkan orang miskin. “Terserah. Gue gak peduli lagi...,” kata Cici putus asa.****

Keesokan harinya Shifa kembali untuk bimbel . tapi di ruangan itu tidak ada satupun yang datang. Hanya ada guru itu dan Shifa .Shifa menatap jam dinding yang tergantung didalam ruangan. Masih terlalu pagi. Dia menatap guru itu lemah. Dikeluarkan alat-alat tulisnya.“Shifa, apa ada tugas atau ulangan dari sekolah?” tanya Ka arif sopan dan ditambah senyumannya yang khas.“Ada! Tolong ajarin!” jawab Shifa judes.Ka Arif mendekati bangku Shifa. Dia segera duduk disampingnya. “Sini kakak bantu.”Shifa tampak kaget saat Ka Arif duduk disampingnya. Dia tidak menyangka kalau Ka Arif senekad itu. Rasa marah ingin memarahi Ka Arif yang telah duduk disampingnya. Tetapi itu tidak jadi. Ka Arif sudah baik untuk membantunya. Masa memarahinya.Ka Arif dengan santai menjelaskannya. Shifa hanya mengangguk- angguk kepalanya saat Ka Arif menanyakan mengerti atau tidak. Sesekali Shifa melirik Ka Arif yang duduk disebelahnya. Wajah Ka Arif tak jelek-jelek amet, tapi dia miskin, pikir Shifa tersenyum.Ka Arif berhenti mengajarnya. Dia berhenti karena dia melihat Shifa melamun. “Shifa, apa kamu mendengar penjelasan kakak tadi?” tanyanya.“Ada. Dari tadi kok.” jawab Shifa kembali sadar.“Kakak dari tadi liat, kamu hanya bengong. Apa kamu sedang memikirkan sesuatu?”“Ah, enggak kok, kak. .” jawabnya dengan tertawa kecil. Dia berbohong. Gak mungkin, kan, kalau dia mengatakan bahwa sedang memikirkan pria itu.“Ya sudah. Kita lanjutin. Sepertinya anak-anak yang lain bakal telat.” ujar Ka Arif melihat ke jam dinding yang tergantung didepan kelas. Setelah itu, dia menlanjutkan penerangannya pada Shifa.Rupanya Kak Arif baik juga, batin Shifa tersenyum lagi setelah melirik wajah Ka Arif sebentar. *****
Biasanya setiap hari Minggu, Shifa selalu main kerumah Cici maupun Lisa. Biasanya, Cici dan Lisa main kerumahnya. Karena minggu ini adalah giliran Shifa mengunjungi Cici, Akhirnya Shifa pergi kerumah Cici yang tidak jauh dari rumahnya. Hanya beberapa blok dari rumahnya yang super elite itu.Sekarang mereka sedang berada dikamar Cici yang luas. Ruangan yang sangat nyaman dengan satu kasur besar, AC, lemari, meja hias dan hiasan . Kamar tersebut juga berantakan Kadang-kadang Shifa menyuruh Cici untuk membereskannya, tapi Cici selalu protes . Ya, seperti hari ini. “Aduh... Honey banny sweety. Lo, kan, bukan emak gue, jadi ngapain lo urusin gue. Suka-suka gue donk maunya gimana. Emak gue aja gak sewot,” protes Cici lagi.“Gue gak tahan liat kondisi kamar lo yang amburadul kayak gini. Gak nyaman liatnya. Dan gak nyaman untuk gue curhat...,” balas Shifa.“Ya kalo gak tahan gak usah liat. Tutup aja mata lo. Jadi gak kelihatan, kan? Udah jangan banyak comel. Curhat aja yang lo mau,” kata Cici.Shifa akhirnya menyerah .. Dia duduk dipinggiran kasur Cici yang diikuti Cici dan Lisa.Lisa dari tadi duduk diam tanpa ikut debat dengan Cici dan Shifa. Jadi sekarang Cici dan Lisa hanya memasang telinganya baik-baik untuk mendengar curhatan Shifa yang hampir keluar dari mulut Shifa setiap bertemu mereka.Shifa mengdeham sebelum ia berbicara. Lalu ia berkata, “Gue mau curhat tentang hati gue,” ucapnya serius.“Hati? Kenapa? Lo disakitin Amin?” tanya Lisa sedikit khawatir.Shifa menggeleng. “Bukan itu. Hanya saja gue rasa gue jatuh cinta pada orang lain dan bukan Amin.” Dia menghela nafas. “Lagipula kemarin pagi saat gue dan Amin ketemuaan di cafe, gue sudah putus ama dia.”Cici dan Lisa Yoan saling menatap dengan mulut agak terngakak. Lalu mereka berdua melihat ke Shifa yang sedang serius. “Apa?” seru Cici dan Lisa bersamaan.“Gue gak cocok lagi dengannya. Dia bukan tipe cowok yang gue pilih. Meski tipe cowok gue tajir dan ganteng, gue merasa dia hanya cowok yang memanfaatkan gue. Dia cowok matre dan dgak setia “Rupanya lo baru nyadar.’geram Cici.“Gue tahu kalau kalian pikir gue ini cewek yang bodoh yang mau saja terbuai laki-laki yang tajir dan ganteng saja tanpa melihat hatinya yang serius atau tidak dengan gue. Tapi kali ini tidak lagi. Mata gue terbuka.” kata Shifa sedih karena bukan hanya putus gara-gara Amin cowok matre, tetapi Amin sudah menyakitinya dengan selingkuh dengan cewek lain. Padalah dia sangat mencintainya.Mendengar Sifa berkata begitu, hati Cici dan Lisa tersentuh. Keduanya memeluk Shifa dengan erat.“Kami tidak berpikir begitu tentang diri lo seperti itu. Hanya saja sifat lu kadang-kadang menyebalkan saat melihat cowok yang miskin dan tidak ganteng,” hibur Cici.“Sudahlah. Lupakan Amin. Sekarang dia hanyalah masa lalu lo. Dan lo harus melihat masa depan lo.” Lisa juga mencoba menhibur Shifa.Shifa memejamkan matanya. Dia begitu bahagia. Bahagia karena masih ada orang terdekat yang peduli terhadapnya.. Mama , kaka , dan dua sahabatnya yang selalu mendukungnya.“Thanks. Gue jadi terharu.” kata Shifa yang sudah mengeluarkan air mata.Lisa dan Cici melepaskan pelukan mereka. Dilihatnya temannya sudah menangis. “Udah. Cup cup cup. Jangan nangis donk! Lo kok jadi cengeng begitu sih?” Cici menyodorkan selembar tisu pada shifa dan dia pun mengelap air matanya yang hampir membanjiri wajahnya.
“Oya, kita lanjutin curhatannya, ya? Katanya lo jatuh cinta ama orang lain, tapi ama siapa?” tanya Lisa penasaran.“Dia...mmm...” Shifa ragu-ragu menjawab pertanyaan Lisa. Dia masih tidak percaya bahwa dia akan jatuh cinta atas kebaikannya.“Siapa” tanya Lisa lagi tidak sabar.“Dia...dia guru kita. Kak Arif.” jawab Shifa ragu-ragu.Cici dan Lisa kembali terngakak mendengar pengakuan Shifa. Rupanya yang membuat Shifa berubah memandang cowok adalah ka Arif, guru mereka. “Gue gak salah, kan, jatuh cinta ama Kak Arif?” Cici mendekatkan dirinya ke Shifa. Dipegang kening Shifa. Gak panas. “Lo gak sakit, kan?”Shifa menggeleng.“ Bukannya lo pernah bilang kalau Kak Arif itu bukan level lo. Dan hanya Amin saja yang selevel ama lo. Sekarang lo malah jatuh cinta ama dia. Apa gak salah. Kesambet setan apa sampai lu ngeliat cowok ampe begitu?” ujar Cici tak percaya.“Mulai sekarang gue udah berubah. Gue enggak mandang cowok dari luar, tapi dalam hati juga. Mau dia jelek, miskin, tapi gue hanya liat hatinya yang baik.” kata shifa yakin.“Tapi, kan, dia udah punya pacar, Sif.” ujar Lisa.“Tapi juga gue harus nyatain perasaan gue. Gue paling gak bisa memendam perasaan gue pada cowok. Mungkin saat gue nyatain pada dia, dia bisa suka ama gue dan putus ama pacarnya. Gue juga liat kalau dia suka merhatiin gue.”“Lo kege-eran kale. Dia bukan perhatiin lu tapi nilai lu yang jeblok habis-habisan.” kata Cici.“Yang penting gue harus nyatain perasaan cinta gue mesti selalu cowok yang duluan nyatainnya pada gue. Gue enggak mau perasaan ini tidak terbalas!” ***
Shifa mondar-mandir didalam kamarnya sambil memengang hapenya. Dia tidak tahu apa yang dia perbuat setelah mendapatkan nomor ka Arif. Dia mendapatkannya dari Lisa yang mencari informasi ditempat Bimbelnya. Tentu saja dengan nama samaran agar tidak ada salah paham. Ia sedang berpikir apa sebaiknya dia mengajak Kak Arif ketemuan. Tapi dia tidak mempunyai keberanian untuk itu.Tiba-tiba ketokan pintu kamar Shifa terfadengar keras. Suara itu membuat Shifa lari sehingga hape yang dipegangnya hampir terjatuh. Bersyukur ia cepat sadar dan menangkap hapenya, kalau tidak dia bakal tidak dibeliin hape oleh mamanya lagi. Dia mengelus-elus dadanya.
“Siapa sih ketuk pintu keras-keras?!” gerutunya berjalan mendekati pintu kamar. Dibukanya pintu kamar. Bi Mus-pembantunya- berdiri diluar.“Non, mama bilang kalau besok jangan pulang kemaleman. Soalnya ada acara makan malem dirumah. Kakak Non pulang dari Jakarta besok. Jadi mama suruh Non untuk siap-siap besok. Jangan keluyuran lagi.” ujar Bi Mus langsung tanpa basa-basi.Shifa menghela napas . “Gue ada les besok.“Mama bilang, lesnya ditunda dulu. Soalnya Kakak Non mau kenalin calon suaminya.” kata Bi Mus lagi.Hah! Calon suami??? Sejak kapan kakak pacaran??? Kok gak pernah bilang-bilang sih, kata Shifa dalam hati, masih terkejut mendengar perkataan Bi Mus
.“Gimana Mbak?” tanya Bi Mus menatap Shifa.Tanpa menjawab pertanyaan Bi Mus, ia langsung membanting pintu kamarnya tertutup dengan keras. Dia masih tidak percaya bahwa kakaknya bentar lagi akan nikah. Setelah kematian Reza pacar kakaknya-, kakaknya tidak pernah pacaran. Dan kini tanpa kabar sama sekali padanya, dia sudah mempunyai calon suami.Dengan terpaksa, dia harus membatal ajakannya terhadap Kak Arif. Tetapi masih ada hari esok. Jadi, dia akan memberanikan diri untuk mengajak kak Arif jalan karena selama ini, dia tidak pernah mengajak pria manapun sebelum pria yang menyukainya mengajaknya. Dia harus menyatakan perasaannya pada kak Arif sebelum terlambat.****
Dengan gaun yang dibelinya minggu lalu bersama Cici dan Lisa, Shifa sudah siap untuk menyambut kepulangan Caty kakaknya dari Jakarta. Gaun putih dengan banyak manik-manik yang membuat Shifa terlihat seperti pengantin sungguhan. Rambutnya diurai. Wajahnya sudah dilengkapi alat make up-nya. Dia makin terlihat cantik.Beberapa saat kemudian, ia pun keluar dari kamarnya dan turun ke lantai bawah. Dilantai bawah, ia melihat mamanya pun sudah siap. Makanan terletak rapi di ruang makan. Suasana ruang tamu menjada lebih nyaman karena gorden dan bunga-bunga plastik sudah ditukar dengan yang baru.
Shifa terus berjalan keluar rumah tanpa memperdulikan mamanya yang tadi melihatnya dan memanggilnya. Tidak beberapa saat Shifa keluar dari rumah, sebuah mobil mewah masuk ke garasi rumah Shifa . Shifa tersenyum dan mendekati mobil itu. Pintu mobil terbuka. Dilihatnya seorang wanita keluar dari dalam. Tentu saja Shifa mengenalnya. Dia adalah Caty, kakanya yang baru menyelesaikan kuliahnya di Jakarta. Shifa langsung memeluknya.“Shifa! Kamu makin cantik aja. Kakak merindukanmu.” ujar Caty senang.“Aku juga.” Shifa melepaskan pelukannya lalu menatap kakaknya. “Kakak kok gak bilang kalo kakak udah punya calon suami sih?”“Sorry! Kakak mau bikin suprise buat kamu.” jawab Caty mencubit pipi adiknya yang tembem. “Jadi calon suami kakak mana?” “Tunggu, ya? Rif, ayo keluar! Jangan didalem terus!” Caty berbisik pada Shifa, “Katanya calon suami kakak kenal kamu lho!” Shifa tersenyum. Dia masih penasaran siapa yang bisa menaklukan hati kak Caty sehingga kakaknya bisa menggantikan Reza dihatinya. Bukan hanya itu, dia juga penasaran mengapa calon suami kakaknya bisa mengenalinya. Padahal selama setahun ini, kakaknya tidak memberitahukannya dan juga tidak mengenalkan calon suaminya bagaimana calon suami Caty bisa mengenalinya.Seorang pria yang kira-kira berusia sama dengan Caty keluar dari dalam mobil. Dia mendekati Shifa dan Caty. Caty tersenyum manis pada pria itu. Shifa tidak begitu. Senyumannya memudar. Dia malah terngakak melihat pria itu. Dan pertanyaan-pertanyaannya pun sudah terjawab semua. Jantung berdebar-debar melihat pria itu.Shifa menelan ludah dengan suasana wajah yang pucat . “Kak Arif?????????” 77***77
Unsur Instrinstik :
 Tema : Seorang Gadis sombong yang hanya menilai seseorang dari fisik
 Perwatakan : Shifa
- Sombong
Gak mungkin, kan, gue ngebet Andri yang miskin, berjerawatan dan nggak ada sisi gantengnya. Itu bukan tipe gue.
- Egois
.“Tapi juga gue harus nyatain perasaan gue. Gue paling gak bisa memendam perasaan gue pada cowok. Mungkin saat gue nyatain pada dia, dia bisa suka ama gue dan putus ama pacarnya.
- Bisa bersikap dewasa
.“Mulai sekarang gue udah berubah. Gue enggak mandang cowok dari luar, tapi dalam hati juga. Mau dia jelek, miskin, tapi gue hanya liat hatinya yang baik.
Cici
- Judes
Cici berhenti makan dan menatapnya. “Apa?” tanyanya.“Idih, lo judes amet sih ama gue. Gue, kan, temen lo bukan musuh lo,” (analitik)
Perhatian
.“Tapi kalau terjadi apa-apa ama lu, lu bilang ama gue. Gue bakal labrak tu orang dan bunuh!!!” kata Cici dengan penuh amarah.“Sip!!!”
Lisa
- Cuek
Lisa dari tadi duduk diam tanpa ikut debat dengan Cici dan shifa.
Perhatian
“And lo jadian ama dia, lu pokoknya harus jaga diri lu baik-baik, ya?” kata Lisa.“Oke,oke, enyak..

Ka Arif
- Baik.
“Shifa, apa ada tugas atau ulangan dari sekolah?” tanya Ka arif sopan dan ditambah senyumannya yang khas.“Ada! Tolong ajarin!” Ka Arif dengan santai menjelaskannya.

 Penokohan : Shifa : Egois , sombong , bersikap dewasa
Cici : Judes , Perhatian
Lisa : Cuek , perhatian
Ka Arif : Baik

 Amanat / Nilai Moral : Sebaiknya menilai seseorang jangan hanya melihat penampilan luarnya saja ( Fisik ) . tetapi nilalah seseorang dari dalam hatinya yang baik .
 Alur : Maju ( Progresif )
 Suasana : Bahagiah , mengharukan , dan sedih
 Sudut Pandang : Dia-an
 Setting / latar : Tempat : Disekolah(kantin, dan ruang kelas) , dan di Rumah
Waktu : Pagi hari , sore hari












Nama : Rahmatiah
Kls : XI Ipa 1
Tugas: Cerpen

Tidak ada komentar:

Posting Komentar